http://www.bersamadakwah.com/2012/09/ketika-aktifis-dakwah-bergelar.html
Beberapa bulan terakhir ini Allah memberikan kesempatan pada saya untuk
dapat berdiskusi dengan teman-teman ADK (Aktivis Dakwah Kampus) dari
berbagai universitas, baik itu mengenai kondisi LDK di kampus mereka
masing-masing, strategi perekrutan mahasiswa baru, alur kaderisasi
lembaga, program-program syi'ar dan peningkatan kualitas kader pengurus,
ataukah hanya sekedar obrolan ringan untuk lebih mengenal karakteristik
kader dari berbagai daerah
Maka selain ada ilmu-ilmu baru tentang dakwah kampus yang saya dapatkan
dari diskusi tersebut, saya bisa menyimpulkan satu hal bahwa, aktivis
dakwah kampus selalu menemukan permasalahan yang sama di tingkat akhir
perkuliahan mereka, yaitu, SKRIPSI..hehe
Nah, ulasan yang ingin saya buat kali ini bukan tentang bagaimana
manajemen/strategi dakwah dari kampus mereka, karena saya merasa masih
belum pantas untuk menuliskannya, selain itu data yang terkumpul
masihlah belum memadai, maka saya menjadi khawatir hasilnya tidak begitu
maksimal jika dipaksakan saat ini.
Ulasan kali ini ringan saja, hehe.. sambil mengingat masa lalu, saya
akan mencoba sedikit berbagi tentang bagaimana dulu saya menyelesaikan
permasalahan mahasiswa tingkat akhir itu saat masih kuliah S1dulu.
Yup, kali ini, kita akan berbicara tentang skripsi.. ^.^b
Semoga tulisan ini terlindungi dari hal-hal yang tidak mendatangkan berkah dari-Nya.
Bismillahirrahmanirrohim..
Hal pertama yang harus sama-sama kita pahami adalah, kita semua pasti
akan menjumpai skripsi dalam proses perjalanan kuliah kita. Apakah itu
mau kita percepat atau malah akan kita undur pengerjaannya. Yang pasti,
“saat” itu akan tetap kita jalani, kita HARUS MENYELESAIKANNYA. Karena
seperti yang kita tahu, skripsi adalah syarat penting kelulusan S1.
Hal kedua yang juga harus kita sepakati adalah, kita BUKAN MAHASISWA
BIASA. Ada berbagai pertimbangan amanah organisasi yang (sering)
mempengaruhi pengambilan keputusan kita dalam pengerjaan skripsi
tersebut. Pertanyaan “siapa yang akan meneruskan amanah itu ketika saya
pergi?” selalu singgah di pikiran kita. Benar?
Hal ketiga yang tak kalah penting adalah, kita smua punya keluarga dan
lingkungan yang senantiasa menilai serta mengharapkan yang terbaik dari
pribadi kita. Katakanlah, kuliah ini adalah juga sebagai bentuk
pelaksanaan TANGGUNG JAWAB kita kepada orang tua yang telah membiayai,
serta mendoakan kita agar sukses nantinya. Sepakat?
Jika kita sudah menyepakati ketiga hal tersebut, maka saya akan memulai cerita saya…
………………..
Saya mulai mengerjakan skripsi pada semester 4. Tapi jangan mengira
bahwa pada saat itu saya sudah langsung mulai menulis proposal skripsi /
konsultasi-konsultasi kepada dosen pembimbing, belum.. Tahukah apa yang
saya lakukan di semester 4 itu? Saya membuat PETA KELULUSAN.
Isinya adalah alur-alur dan target yang harus saya lalui untuk
menperoleh gelar S.Farm. Jangan juga mengira bahwa peta skripsi itu
adalah sesuatu yang sempurna dan valid untuk saya ikuti hingga lulus.
Tidak, sungguh peta skripsi awal saya jauh dari sempurna. Banyak sekali
mengalami revisi pada semester-semester sesudahnya.
Catatan penting pada poin pertama ini adalah, buatlah RENCANA. Tanpa
rencana yang jelas untuk masa depan, sama saja kita sedang merencanakan
kegagalan. Hal ini tentu bukan sekedar rencana bahwa bulan sekian saya
akan seminar proposal, bulan berikutnya saya sidang pendadaran, dan
seterusnya.. bukan, tentu tidak semudah itu rencana yang harus kita
buat. Ingat, kita bukan mahasiswa biasa.
Rencana yang kita buat harus jelas dan realistis dengan tahapan-tahapan
pencapaiannya. Contoh, ketika kita merencanakan seminar proposal pada
semester ke-7, maka kita juga harus menentukan langkah-langkah untuk
mencapainya, seperti mencari alternatif judul proposal yang baik sejak
semester 6, konsultasi dengan pihak-pihak tertentu sejak semester 5,
mencari referensi jurnal-jurnal / studi kasus lapangan, hingga
menentukan berapa waktu yang kita perlukan (serta targetkan) untuk
menyelesaikan tulisan proposal skripsi kita. Nah, langkah-langkah
“kecil” tersebut sangat penting untuk mencapai target seminar proposal
di semester 7 itu. Maka, buatlah serinci mungkin apa yang harus kita
lakukan untuk mencapai setiap target. Dan, KONSISTEN UNTUK MELAKSANAKAN
SETIAP TARGET yang kita buat. Kalau perlu, tulis besar-besar di kertas /
papan tulis, dan tempel / letakkan di tempat yang selalu kita lihat
setiap hari. Dinding kamar misalnya.
Selanjutnya, saya mulai mewujudkan satu per satu target yang telah saya
buat tersebut. Dalam proses pelaksanaannya, tentu banyak terjadi
hambatan. Maka, hal penting selanjutnya adalah rutin melakukan EVALUASI
TARGET. Fleksibel saja. Jika memang harus ada target yang direvisi, maka
segera perbaiki. Penyegeraan evaluasi tersebut membuat kita selalu on
fire mencapai tahapan-tahapan target selanjutnya yang belum tercapai.
Insya Allah, SABAR DAN IKHLAS saja dalam menjalaninya. Allah menilai
setiap usaha kita, yang penting kita sudah benar-benar MELAKUKAN DENGAN
MAKSIMAL. Eitss..jangan salah, perencanaan dalam bentuk target itu
adalah salah satu poin penting untuk memaksimalkan usaha kita lo..
Poin kedua, yang tentu saja tidak kalah pentingnya, yaitu JANGAN PERNAH
MENINGGALKAN AMANAH DAKWAH KARENA SKRIPSI. Banyak aktivis yang terjebak
untuk memilih di antara keduanya, jika fokus skripsi maka pasti akan
meninggalkan aktivitas dakwah, begitu pula sebaliknya. Tidak, saya
tegaskan sekali lagi bahwa tidak seperti itu. Pegang dengan keteguhan
hati kita isi kandungan QS. Muhammad : 7, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.
Sikap yang tepat adalah dengan mengaturnya dengan managemen yang baik.
Fokus bukan berarti meninggalkan hal lain untuk melakukan satu hal
khusus saja. Bukan seperti itu. Jangan lupa bahwa fokus merupakan salah
satu bentuk profesionalitas kita sebagai bukan mahasiswa biasa. Contoh
nyatanya seperti ini, pada saat syuro maka fokuskan pikiran dan tubuh
kita dengan hal yang berhubungan dengan materi syuro. Jangan sampai ada
jurnal bahan skripsi di samping buku syuro kita, atau jangan pula asyik browsing bahan
penelitian pada saat pemimpin syuro sedang memaparkan agenda syuro.
Begitu pun sebaliknya, saat di kelas dosen sedang menjelaskan materi
kuliah, kita malah asyik sms-an koordinasi dengan ketum tentang rencana
agenda dakwah ahad nanti. Hehe..intinya, jangan mencampur-adukkan amanah
yang satu (akademik) dengan amanah yang lain (organisasi dakwah).
Ehm..sebenarnya untuk yang satu itu, saya juga sempat beberapa kali
“melanggar”nya sendiri kemarin. Hehe.. Memang saya akui sulit,
memusatkan pikiran untuk satu hal (kuliah misalnya) di saat yang
bersamaan mungkin kita juga sedang menghadapi satu permasalahan dakwah
yang harus segera diselesaikan. Atau, di saat acara dakwah yang sedang
tampak “membosankan”, pikiran kita malah ada di tumpukan tugas-tugas
kuliah di rumah. Subhanallah, dan saya pun mengakui, saat-saat itu
adalah waktu yang paling tepat untuk mengaplikasikan ilmu manageman
waktu kita.Maka, tertantanglah kita untuk bisa menerapkan FOKUS PADA
TEMPATNYA.
Jika pun suatu saat terjadi benturan yang sulit diatasi, maka langkah
yang selanjutnya lagi-lagi bukan meninggalkan amanah dakwah, tapi
“mengurangi” intensitasnya. Kita alokasikan diri kita untuk peran-peran
dakwah yang masih dapat kita lakukan sambil tetap menyelesaikan amanah
akademik. Contoh, jika pada semester 6 jumlah binaan kita ada 4 halaqoh,
maka mungkin langkah yang bijaksana untuk menguranginya menjadi 2
halaqoh saja pada semester 7, dengan catatan 2 halaqoh yang lain tentu
sudah mampu dikondisikan untuk dilakukan rolling murabbi /
penataan kelompok. Contoh lain, jika pada tahun ke-3 perkuliahan kita
memiliki amanah di 2 organisasi internal dan 1 organisasi eksternal
kampus, maka bijaksana pula untuk memaksimalkan diri hanya di 1
organisasi saja pada tahun ke-4. Tentu lagi-lagi dengan catatan, kita
harus sudah memaksimalkan adanya regenerasi sebelumnya, atau
antisipasi-antisipasi lain sehingga kepergian kita tidak membuat
organisasi tersebut menjadi bermasalah. Inilah pentingnya perencanaan di
awal, untuk mengantisipasi hal-hal seperti regenerasi kader misalnya.
Kadang kita terlena dengan amanah dakwah kita, tidak sadar bahwa waktu
kita sungguh sempit di tempat ini, sementara pekerjaan kita yang lain
masih banyak yang harus diselesaikan.
Selanjutnya, poin ketiga, KOMUNIKASIKAN DENGAN BAIK pilihan-pilihan
(baik pikiran maupun tindakan) kita kepada pihak-pihak terkait. Contoh,
untuk pengerjaan skripsi maka yang tepat adalah mengkomunikasikannya
dengan dosen kita. Sampaikan minat dan keinginan yang ingin kita dapat
dari skripsi kita tersebut, kapan target kelulusan kita, dan mintalah
kesediaan dosen kita untuk membantu mewujudkannya.
Selanjutnya komunikasikan pula dengan pihak keluarga, dalam hal ini
orang tua kita. Sampaikan perkembangan akademik kita, untuk orang tua
yang pendidikannya juga tinggi dan paham tentang perkuliahan, kita bisa
ajak diskusi tentang rencana yang akan kita jalankan untuk mencapai
target kelulusan, apa saja kendala dalam penelitian, dan sebagainya.
Namun jika orang tua kita kurang paham tentang segala kerumitan kuliah
kita (hehe..), maka jelaskanlah hal-hal umum yang mampu mereka mengerti
saja. Intinya, mereka tau bahwa kita sedang berusaha yang terbaik untuk
kuliah kita. Hal itu akan membuat mereka percaya dan bangga dengan
bagaimanapun hasil yang kita dapatkan di akhir perkuliahan nantinya.
Dan..komunikasikan pula dengan qiyadah kita di organisasi terkait hal
ini. Jangan sampai kita tiba-tiba “menghilang” tanpa kabar berita dan
dinilai non-aktif tanpa alasan yang jelas. Komunikasikan dengan bijak
lo, jangan berlebihan pula. Peran qiyadah yang nantinya akan membantu
kita mengatur hal-hal yang dapat tetap kita kerjakan bersamaan dengan
pengerjaan target akademik kita (skripsi). Maka, qiyadah juga dituntut
bijak dalam hal ini. Eitss..satu hal lagi, jangan lupa komunikasikan
semuanya dengan murabbi.
Poin keempat, atau yang terakhir..tapi sesungguhnya menjadi yang paling
utama, yaitu PERBAIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH SWT. Insya Allah Dia akan
membimbing kita memilih yang terbaik, melakukan yang terbaik, serta
menjadi yang terbaik untuk semua pihak.. Insya Allah dengan niat yang
lurus, ikhtiar yang maksimal, dan doa yang tulus.. kesuksesan itu bukan
hal yang mustahil.
Maka apapun pilihan kita, lulus cepat atau lulus PADA WAKTU YANG TEPAT,
keduanya mampu kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya..
...................
Astaghfirullah..astaghfirullah..astaghfirullah..
Saya tentu sangat jauh dari kesempurnaan, mungkin banyak pihak yang
terdzalimi atas pilihan yang telah saya ambil dulu, mungkin juga ada
amanah yang menjadi tidak maksimal karena saya memilik untuk
memaksimalkan amanah yang lain.
Maka, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga mereka dan Allah
SWT mengampuni dan menjadikannya sebagai pelajaran serta hikmah di
kemudian hari.
SELAMAT BER-IKHTIAR.. !!! ^.^[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar